Wednesday, October 3, 2018 | 4:50:00 AM | 0 Atasinchi
Namanya Misha. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga yang cukup kaya. Kekayaannya cukup untuk membuatnya membeli barang yang ia mau tanpa melihat pricetag. Keluarganya lengkap; masih punya kedua orangtua dan seorang adik. Ia bersekolah di sebuah SMA favorit. Di sekolahnya, ia selalu dikelilingi banyak teman. Semua guru menyayanginya karena sikapnya cukup baik. Hidup Misha tampak menyenangkan bukan?Tentu semua orang berpikir begitu. Tapi tidak. Itu hanya dari luarnya saja. Begitu tiba di rumah, Misha kembali kepada kenyataan. Kenyataan bahwa kekayaan tidak mampu membeli segalanya. Klise sekali. Tapi itu juga yang sering terjadi disekitar kita.
-------
5p.m
Misha menghela napas. Ia membuka pintu rumahnya.
Hening.
Situasi yang selalu Misha lalui setiap hari. Ia tahu orangtuanya belum pulang. Tanpa dilihat, Misha sudah tahu saudaranya sedang dikamar--main game seorang diri.
Sesudah mengganti pakaiannya, Misha makan siang sendirian diruang makan. Kemudian ia masuk lagi ke kamarnya, belajar untuk ulangan besok. Pelajaran yang tidak ia sukai. Tapi ia masih mati-matian berjuang untuk nilainya.
"Capek juga. Semangat, Sha!" Misha menyemangati dirinya sendiri. Ia sering melakukan itu, karena tahu tidak ada yang bisa menyemangatinya lagi selain dirinya sendiri.
Misha. Gadis yang punya segalanya. Gadis yang mengajarkan kita bahwa uang, rumah besar, orangtua kaya, dan ketenaran, masih tidak cukup untuk membuat seseorang bahagia.
Bahwa apa yang kamu lihat, belum tentu sama dengan kenyataannya.
Labels: literasi