Tuesday, April 3, 2018 | 10:45:00 AM | 0 Atasinchi
Saya sering mendengar peristiwa dimana murid yang ketahuan menyontek saat Ujian Nasional (UN), ataupun guru yang menjual atau memberi contekan pada muridnya. Ketika ditelusuri, hal itu disebabkan si murid takut ia tidak lulus sekolah dengan nilai yang baik. Bisa juga karena gurunya takut muridnya tidak lulus 100% sehingga membuat nama sekolah jelek.
Menurut saya hal itu ada benarnya. Tapi sebenarnya hal ini lebih karena mereka tidak percaya diri dengan kemampuan sendiri. Tidak benar jika tidak percaya diri = persiapan kurang. Toh sebenarnya, seberapa besar pun persiapan kita, pasti akan ada rasa ragu, gugup, dan deg degan saat sudah tiba hari H. Kita akan mulai ragu. Apakah usaha kita sudah maksimal? Apakah jam belajar saya masih kurang? Apakah tahun ini soalnya lebih sulit daripada tahun lalu? Kalau iya, seberapa sulit?
Pasti hal itu sering dipikirkan oleh murid-murid menjelang UN. Apalagi kalau sudah ketemu soal yang sulit, pasti pikiran untuk menyontek bisa saja ada. Jika sudah begitu, pengawas harus memastikan bahwa mereka sudah mengawas dengan baik. Jangan sampai ada sedikit pun celah untuk menyontek. Karena seberapapun usaha belajar dan percaya dirinya murid, ketika mereka sudah mendapat celah menyontek sedikit, bukan tidak mungkin tidak dimanfaatkan oleh mereka.
Karena setiap orang pasti ingin hasil yang baik, kalau perlu sempurna. Jadi alasan kenapa murid mencontek bukan hanya karena sekedar takut lulus atau tidak lulusnya. Tapi karena mereka tidak percaya diri, kurang belajar, dan adanya kesempatan untuk mencontek.
Labels: literasi